Kearifan lokal "Sapu Lidi" yang tak lekang zaman
Hujan merupakan rahmat dari Tuhan karena memberikan kesuburan pada tanah sehingga dapat ditanami berbagai jenis tanaman. Akan tetapi jika hadirnya hujan dapat mengganggu acara yang telah di agendakan tentu saja dapat menimbulkan masalah bukan?
Bulan dzulhijjah atau bulan besar menurut penanggalan Jawa merupakan bulan yang santer-santernya kondangan, baik nikahan, khitanan atau acara lainnya. Saking santernya acara kondangan muncullah slogan "harkonas" atau hari kondangan nasional.
Usaha yang sangat banyak meraup untung dari harkonas adalah persewaan tenda atau terop. Rasanya kurang afdol jika memiliki hajat tanpa terpasangnya tenda atau terop di depan rumah. Berbagai pola dan gaya tenda disajikan agar hajatan menjadi lebih elegan dan menawan, mulai dari tenda model arabian, gelembung, sesek, renda dan lain sebagainya. Semakin tinggi tingkat kerumitan pola tenda tentu saja semakin mahal harga sewanya.
Saat hajatan terlaksana pada musim hujan akan menjadi hal yang sangat melelahkan bagi pemilik persewaan tenda hajatan. Segala Uborampe tenda seperti kain plavon, taplak meja, pembungkus kursi dan kain pembungkus tenda pulang dengan kondisi basah dan kotor. Mencuci dan menjemurnya adalah serangkaian acara yang harus segera dilakukan.
Hal yang sangat memilukan tatkala menjemur Uborampe tenda tiba-tiba matahari enggan keluar dari peraduannya, mendung bergelayut manja dan langit seakan menumpahkan seluruh air matanya. Dengan sigapnya Emak mengambil sebuah sapu lidi yang berada di halaman belakang rumah. Sapu lidi di buka hingga mekar dan di letakkan dengan posisi terbalik, seakan memberi tanda pada langit bahwa matahari harus bersinar selayaknya sapu lidi yang mekar. Tak lupa aneka rupa doa dipanjatkan kepada sang maha kuasa agar hajatnya segera terkabulkan. Tak disangka selang beberapa menit matahari muncul dari peraduannya dan menunjukkan muka manisnya.Budaya atau kearifan lokal ini secara turun temurun masih melekat di masyarakat Jawa dan tak lekang dimakan zaman.
Apakah kita harus percaya?
Percaya atau tidak adalah urusan masing-masing individu. Kearifan lokal Sapu Lidi ini hanyalah sarana atau usaha yang dilakukan oleh manusia untuk menghambat turunnya hujan. Setiap usaha tak selamanya menemukan hasil yang menggembirakan, akan tetapi kadang kala tak berhasil juga. Jika setelah sapu lidi dimekarkan dalam kondisi terbalik dan cuaca menjadi panas hal tersebut hanyalah kebetulan saja. Percaya sepenuhnya kepada Tuhan yang maha kuasa.
Komentar
Posting Komentar